Googgle Translate

Minggu, 31 Oktober 2010

Tips Pencahayaan

Kontras Warna (gelap-terang)

Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas kamera video tergantung dari kepekaan lensanya terhadap cahaya. Lensa disebut peka jika ia dapat menangkap gradasi warna (gelap-terang) yang lebar. Makin tidak peka lensa, makin sulit ia menangkap gradasi warna. Oleh lensa yang kurang peka, titik warna yang “mendekati hitam” akan ditangkap sebagai titik hitam, dan titik warna yang “mendekati putih” akan ditangkap sebagai titik putih. Demikianlah kita mengenal gambar sebagai “tajam” atau “kurang tajam” berdasarkan kekayaan informasi warna dan gelap terang yang berhasil disajikan.
Karena itu, agar dapat menangkap gambar obyek secara detil, usahakan pada layar kamera video agar gambar yang tertangkap memiliki kontras warna yang rendah. Berikut ini ialah contoh buruk : mengambil obyek manusia berkulit gelap, dengan latar belakang langit putih. Kamera video auto akan mengambil “cahaya rata-rata” sedemikian rupa sehingga sebagai hasilnya gambar obyek akan gelap. Sedangkan pada kamera yang cahayanya dapat disetting manual, jika bukaan cahaya (diafragma) diperbesar agar dapat menangkap detil warna pada tubuh manusia, maka pada bagian langit warnanya akan “meledak” yaitu putih amat terang.

Cahaya “Lembut” dan “Keras”

Cahaya yang lembut (soft) akan menghasilkan gambar yang lebih bagus dibandingkan dengan cahaya yang keras. Karena itu untuk keperluan shooting outdoor, terdapat waktu shooting yang ideal yaitu pagi atau sore hari dimana intensitas cahaya matahari tidak terlalu terang. Jika cahaya ini terlalu terang, sebaiknya dipakai semacam kain filter untuk menyaring cahaya yang menuju obyek shooting agar dihasilkan cahaya yang lebih soft.
Pada penggunaan lambu buatan untuk indoor shooting, filter ini bisa dipakaikan pada sumber cahaya (lampu) sehingga cahaya akan berpendar dengan soft. Cara lainnya, cahaya dihadapkan ke atap atau tembok sehingga obyek shooting hanya akan menerima pantulan cahayanya yang lebih lembut.

Jumat, 29 Oktober 2010

14 Tips untuk meningkatkan hasil foto Landscape anda dan saya sendiri sebagai pemula

Tips ini ditulis oleh Pak Yadi Yasin, seorang fotografer senior dan member FN. Sebagai FN'ers yang juga suka bngt sama landscape saya tertarik untuk menyebarkan tips dari beliau ini dengan harapan semoga ini berguna buat saya sendiri khususnya dan buat pecinta landscape pada umumnya dan semoga photograpy indonesia semakin maju dan mendapat tempat di mata dunia amin....

Mungkin tips-tips ini ada yang terkesan kuno, oldies dan kurang “revolutionized” tapi mungkin ini adalah tips-tips dasar yang bisa dipergunakan sepanjang masa, terutama bagi yang ingin memulai mendalami landscape Photography.

Dari tips-tips dibawah akan juga menyinggung beberapa hal lain, seperti Rule of Third, Hyperfocal distance, dll yang hanya dijelaskan singkat krn bisa menjadi satu topik sendiri.
1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)
Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah “tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon”. Konsep dasar teori “oldies” ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (DOF) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.
Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.
Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus

Kamis, 28 Oktober 2010

Memelihara Kamera Digital

Merawat Kamera Digital
Dalam Workshop Fotografi-Memaksimalkan Fitur Kamera SLR yang digelar di Bentara Budaya Jakarta (25/10), sekilas sempat dijelaskan mengenai langkah-langkah dalam memilih kamera DSLR (digital single lens reflex).
Langkah-langkah tersebut adalah menentukan kebutuhan apakah anda membutuhkan kamera DSLR entry level, semi professional, atau professional. Bagi pemula, entry level bisa menjadi sebuah pilihan yang tepat, mengingat semakin tinggi kelasnya semakin dalam pula harus merogoh kocek.
Menarik garis tegas antara tiga kelas tersebut bukanlah perkara mudah, apalagi alau hanya mempertimbangkan kualitas jepretan. Kamera DSLR yang kini masuk dalam kategori semi-profesional boleh jadi mampu menghasilkan foto yang lebih baik dari kamera DSLR professional yang keluar beberapa tahun sebelumnya.
Langkah kedua adalah memastikan untuk memilih produk kamera DSLR dari merek-merek terkenal dan menghindari membeli produk dari black market demi kualitas dan layanan purna jual.
Setelah kamera dibeli, perawatan tentu menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk menjaga kondisi kamera. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah denganmenyimpan kamera di tempat sejuk, kering dan kedap udara agar kamera terhindar dari jamur. Langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk hal ini adalah menggunakan stopless yang didalamnya diberi silica gel.
Jauhkan kamera dari kapur barus karena selain dapat menodai badan kamera, hal tersebut dapat merusak komponen yang ada di dalam kamera. Hindari juga air yang dapat merusak.
Jangan biarkan kamera berada di bawah sinar matahari terlalu lama karena dapat merusak komponen-komponen di dalamnya. Demikian pula dengan perpindahan suhu yang ekstrim (dari panas ke dingin atau sebaliknya). Dianjurkan pula untuk selalu menggunakan tas kamera agar kamera juga terhindar dari benturan.
Kemudian, sangat dianjurkan untuk menggunakan filter pada lensa agar tidak tergores, dan jangan lupa untuk membersihkan kamera agar kondisinya tetap terjaga.

Selasa, 26 Oktober 2010

Memerangi Blur ..antara stabilizer, ISO, dan aperture



Blur atau buram pada hasil foto dihasilkan oleh banyak faktor. Blur bisa diharapkan atau tak diharapkan, tergantung kasus. Blur dapat disebabkan fokus yang tak tepat, kecapatan rana yang tak tepat, atau efek dari apertur yang terlalu lebar.
Dalam bahasan kali ini saya akan membahas tentang blur yang disebabkan oleh kecepatan yang terlalu rendah sehingga blur dapat disebabkan oleh karena goncangan tangan. Diketahui tak selamanya kita dapat menggunakan tripod untuk membuat kamera diam tak bergerak dalam pemotretan kecepatan rendah. Kecepatan rendah terpaksa diambil karena kurangnya cahaya dengan asumsi tanpa menggunakan lampu kilat.
Secara umum, efek gerakan/goncangan tangan dapat dieleminasi dengan setelan kecepatan tinggi pada kamera disesuaikan dengan panjang focal lensa (focal lenght). Contoh… untuk pemotretan dengan lensa 50mm, maka kecepatan rana 1/60 detik akan membebaskan efek blur karena goncangan tangan, dengan asumsi objek tak bergerak. Untuk lensa 300mm, dibutuhkan kecepatan 1/300 detik untuk membebaskan efek blur akibat goncangan tangan. Jika objek bergerak, maka ceritanya lain lagi, dan dibutuhkan kecepatan yang lebih tinggi dari teori diatas.
Pada prakteknya, ada situasi dimana kita tak bisa mencapai kecepatan diatas, tanpa mengakibatkan hasil pemotretan yang gelap. Contohnya pada pemotretan malam atau indoor. Jadi serba salah… untuk mendapatkan cahaya optimal kita harus melambatkan kecepatan rana hingga 1/4.. 1/5.. amat rendah. Butuh trik dan ketrampilan khusus untuk pemotretan kecepatan rendah tanpa tripod. Blur mengintai…
Hubungan antara ISO, Aperture maksimum, dan Stabilizer… pada prinsipnya adalah meningkatkan kecepatan rana baik secara virtual maupun real untuk memerangi blur.

Minggu, 24 Oktober 2010


TIPS Memoto malam hari #1

Memotret pada malam hari tentu merupakan suatu problem tersendiri bagi pemula, terutama jika memotretnya tanpa menggunakan lampu-kilat. Sebab sesuai anggapan pada umumnya, maka malam berarti gelap, redup dan lemah cahayanya. Sehingga tak akan mendukung hasil pemotretan karena menghasilkan gambar yang tampak gelap.

Namun demikian, memotret malam memang bukan berarti memotret gelapnya malam, melainkan memotret keadaan malam yang indah dengan gemerlapnya lampu- lampu. Jika kita berpikir seperti seorang pemula, memang akan membuat kita ragu melakukan pemotretan di malam hari tanpa menggunakan lampu-kilat. Akan tetapi menyadari perkembangan zaman, di mana fotografi juga telah berkembang demikian pesatnya, rasanya malam hari tak akan lagi menjadikan seseorang takut memotret dan membuat gagalnya suatu pemotretan karena hasilnya gelap. Pendapat tersebut rasanya akan diiyakan oleh kaum pemotret amatir atau pemula terlebih setelah munculnya era fotografi digital.

Dengan menggunakan kamera digital maka ketakutan yang sering menghinggapi pemotret pemula, sirna. Karena segala sesuatu yang menyangkut gagal dan berhasilnya sebuah pemotretan langsung dapat dikontrol, diketahui dan dilihat sesaat kemudian melalui LCD kamera digital dengan menekan tombol preview. Hal tersebut secara perlahan dan pasti menghapus anggapan akan hasil pemotretan bahwa malam tak berarti gelap - terlebih setelah fasilitas didalam kamera digital juga berkembang dengan pesatnya sehingga untuk keperluan pemotretan malam hari tanpa menggunakan lampukilat dapat diatasi dengan baik

Minggu, 17 Oktober 2010

Mengenal Setting ISO Pada Kamera Digital

Kamera digital pada saat ini bisa diperoleh dengan mudah di pasaran, dari harga yang di bawah Rp 1 juta sampai yang berharga puluhan juta rupiah. Seiring semakin murahnya alat fotografi ini, mengakibatkan sebagian orang menjadikannya sebagai bagian dari kebutuhan hidup. Mulai dari untuk keperluan pribadi untuk membuat dokumentasi pada kegiatan-kegiatan individu, acara-acara keluarga, sampai pada kebutuhan profesional.
Artikel saya tulis kali ini akan membahas salah satu setting pada kamera digital, yaitu ISO. Tulisan-tulisan yang akan mewarnai blog ini jangan diartikan bahwa saya telah menguasai hal-hal tersebut pada tingkatan pakar, namun hanyalah sebagai ungkapan rasa ingin berbagi.

Jumat, 15 Oktober 2010

LOMBA FOTO KONSTRUKSI

Sebagai selingan aku kasih info buat pecinta photography di seluruh Nusantara
T E M A :
“ Mendorong Sektor Konstruksi Yang Lebih Efisien, Efektif dan Bernilai Tinggi bagi Kenyamanan Lingkungan Terbangun ”
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud kegiatan ini adalah mendukung penyelenggaraan kegiatan Konstruksi Indonesia tahun 2010.
Sedangkan tujuannya adalah agar :
  1. Melalui lomba foto konstruksi dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan kegiatan konstruksi di Indonesia kepada masyarakat luas.
  2. Melalui lomba foto konstruksi, dapat menumbuhkan kebanggaan terhadap kegiatan konstruksi di Indonesia.
  3. Melalui karya foto yang ditampilkan akan memicu para pelaku konstruksi nasional untuk mengikuti keberhasilan yang ditampilkan.
  4. Memberikan peluang kepada peserta untuk menampilkan karya fotonya kepada masyarakat jasa konstruksi dan masyarakat pada umumnya.
PESERTA
Masyarakat umum dalam maupun luar negeri yang mengabadikan obyeknya di Indonesia melalui media fotografi.
JENIS KOMPETISI
Kompetisi dibagi dua kategori:
Kategori 1   : Jenis foto hitam putih (BW) 
Teknik foto   : Bebas (Konvensional dan Digital) 
Memperebutkan juara 1, 2 dan 3 kategori 1.

Kategori 2   : Jenis foto berwarna. 
Teknik foto   : Bebas (Konvensional dan Digital) 
Memperebutkan juara 1, 2 dan 3 kategori 2.
FORMAT KARYA
Jumlah karya foto setiap peserta adalah maksimal 10 buah karya foto untuk masing-masing kategori jenis kompetisi yang diikuti.
  1. Ukuran Minimum 12.5 cm x 18 cm (5x7 inchi).
  2. Ukuran Maksimum 20 cm x 25 cm (8x10 inchi).
Foto tidak boleh ditempel diatas mat board, tidak diperkenankan mencantumkan nama atau identitas lainnya di atas atau di belakang foto, kecuali untuk judul foto dan lokasi pengambilannya.
J A D W A L
Foto diterima paling lambat tanggal 30 Oktober 2010
50 karya nominator akan dipamerkan pada acara puncak “Konstruksi Indonesia”
3 Desember 2010
PENDAFTARAN DAN PENYERAHAN KARYA
Kirimkan karya dan alamat serta data pribadi pada alamat :
Pusat Komunikasi Publik (PUSKOM) - Kementerian Pekerjaan Umum.
Jl. Pattimura 20 - Keb. Baru - Jakarta Selatan.
Gedung Bina Marga Lt 1.
Telepon dan Fax : (021) 725 1536.
Website: www.pu.go.id
Contact Person : Lisniari Munthe HP : 0812 8015007 e-mail : lisniari@yahoo.com

MEMILIH KAMERA


Disaat baru memasuki dunia photography, mungkin pernah terlintas di benak anda suatu dilema, dimana anda kebingunan untuk menentukan kamera apa yang pas dan cocok buat anda.
Hal ini memang sering di alami oleh semua photographer, karena ini adalah suatu jalan awal untuk kedepannya nanti.
Sebenarnya harga mahal bukan ukuran menjadikan suatu kualitas foto itu akan menjadi baik,, meskipun kita tidak memungkiri kalau menggunakan kamera berharga mahal maka akan memungkinkan untuk menghasilkan foto yang baik pula.

Fungsi Shutter dan Aperture dalam Mengontrol Exposure

Pada waktu kita ingin mengambil gambar dengan kamera film atau kamera digital, film atau sensor harus terkena cahaya secukupnya sesuai dengan expose yang kita inginkan untuk gambar tersebut. Kamera mempunya dua kontrol untuk mengatur hal ini yaitu shutter speed dan aperture(kenapa hanya dua, karena kamera film kita tidak biasa dengan seenaknya menganti film jika film belum habis). Konsep kerja dari shutter speed dan aperture ini hampir sama dengan kerja mata manusia.
Shutter
Prinsip kerja Shutter adalah menahan sinar yang masuk agar tidak mengenai film sampai kita mrnekan tombol shutter, kita tombol ditekan maka tirai shutter akan terbuka selama waktu tertentu yang ditentukan, sehingga film mendapatkan cahaya secukupnya.
Lamanya tirai shutter terbuka inilah yang disebut dengan shutter speed, kita dapat mengontrol lamanya sebuah tirai terbuka. 

Kamis, 14 Oktober 2010

Mengungkap Rahasia Foto Bagus

Tulisan ini merupakan saduran dari artikel di photosecrets.com, aku menyukainya dan lebih suka membacanya dalam bahasa sendiri, dengan gaya sendiri. Awalnya aku publikasikan di thread forum, namun untuk kemaslahatan bersama aku pindahkan ke halaman artikel. Mudah-mudahan bermanfaat, khususnya bagiku dan pemula lainnya, dan bagi para senior yang fotonya tentu bagus-bagus, aku minta maaf, karena sebagian rahasia anda menjadi tidak rahasia lagi. Tetapi tentu saja, tanpa latihan dan usaha yang gigih, artikel ini hanya akan menjadi kisah nyata yang biasa kita baca di surat kabar.
Kita punya teman bernama fotografi, teman sempurna dalam berpergian, dinas ke daerah, ziarah, piknik, mudik atau mendaki bukit. Fotografi bikin kita percaya diri jelajahi tempat yang kita kunjungi, orang-orang yang kita jumpai; fotografi bikin perjalanan jadi lebih berarti, dan bersamanya kita nikmati asyiknya mencintai seni. Fotografi membuat kita lebih bersyukur atas anugerah penglihatan dan kesempatan melihat tanda-tanda keagungan Ilahi. Nikmat yang tak dapat diukur dan ditakar.

Teknik Dasar Fotografi


Teknik-teknik dasar pemotretan adalah suatu hal yang harus dikuasai agar dapat menghasilkan foto yang baik. Kriteria foto yang baik sebenarnya berbeda-beda bagi setiap orang, namun ada sebuah kesamaan pendapat yang dapat dijadikan acuan. Foto yang baik memiliki ketajaman gambar (fokus) dan pencahayaan (eksposure) yang tepat.

A. FOKUS
Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek yang semula kurang jelas menjadi jelas (fokus). Foto dikatakan fokus bila objek terlihat tajam/jelas dan memiliki garis-garis yang tegas (tidak kabur). Pada ring fokus, terdapat angka-angka yang menunjukkan jarak (dalam meter atau feet) objek dengan lensa.

B. EKSPOSURE
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan adalah unsur pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada dikamera. Dalam hal ini, cahaya yang diterima objek harus cukup sehingga dapat terekam dalam film. Proses pencahayaan (exposure) menyangkut perpaduan beberapa hal, yaitu besarnya bukaan diafragma, kecepatan rana dan kepekaan film (ISO). Ketiga hal tersebut menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film yang tercahayai normal, yaitu cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang dibutuhkan objek, tidak kelebihan cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya (under exposed).

 Bukaan Diafragma (apperture)
Diafragma berfungsi sebagai jendela pada lensa yang mengendalikan sedikit atau banyaknya cahaya melewati lensa. Ukuran besar bukaan diafragma dilambangkan dengan f/angka. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4 ; 5,6 ; 8 ; 11 ; 16 ; 22 ; dst. Penulisan diafragma ialah f/1,4 atau f/22. Angka-angka tersebut menunjukkan besar kecilnya bukaan diafragma pada lensa. Bukaan diafragma digunakan untuk menentukan intensitas cahaya yang masuk.

Hubungan antara angka dengan bukaan diafragma ialah berbanding terbalik.
"Semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragma, sehingga cahaya yang masuk semakin sedikit. Sebaliknya, semakin kecil f/angka semakin lebar bukaan diafragmanya sehingga cahaya yang masuk semakin banyak."

Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup kembali. Shutter speed mengendalikan lama cahaya mengenai film. Cara kerja rana seperti jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan, maka rana aka membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan menyinari film.
Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ; 15 ; 30 ; 60 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; dan B. .Angka 1 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/1 detik. Angka 2000 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/2000 detik, dst. B (Bulb) berarti kecepatan tanpa batas waktu (rana membuka selama shutter release ditekan)

Hubungan antara angka dengan kecepatan rana membuka menutup ialah berbanding lurus. "Semakin besar angkanya berarti semakin cepat rana membuka dan menutup, maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin kecil angkanya, berarti semakin lambat rana membuka dan menutup, maka semakin banyak cahaya yang masuk"

Kepekaan Film (ISO)
Makin kecil satuan film (semakin rendah ISO), maka film kurang peka cahaya sehingga makin banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut, sebaliknya semakin tinggi ISO maka film semakin peka cahaya sehingga makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut. Misal, ASA 100 lebih banyak membutuhkan cahaya daripada ASA 400.

Always In Demand, Become A High Paying Industrial Product Photographer. We’ll Show You What Equipme

Powerful Landscape Photography.

Discover The Secrets Getting Your Landscape Photos Looking Like Professional Magazine Quality Photographs. Click Here!